makalah sejarah tentang kerajaan demak
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah sejarah
tentang kerajaaan
Demak ini manfaatnya untuk kami dan para pembaca semuanya.
Makalah Sejarah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah sejarah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah sejarah tentang kerajaan Demak ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Makalah Sejarah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah sejarah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah sejarah tentang kerajaan Demak ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Magelang, April 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I a.)Pendahuluan
......................................................................................... 3
b.)RumusanMasalah
................................................................................ 4
c.)Tujuan
Makalah ................................................................................... 4
BAB II a.)Latar Belakang .................................................................................... 5
b.)Pembahasan ........................................................................................
6
BAB III
a.)Kesimpulan ....................................................................................... 13
b.)Saran-saran ....................................................................................... 14
c.)Lampiran-lampiran ........................................................................... 14
d.)Daftar Pustaka ................................................................................... 15
e.)Biodata
Penulis ................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
Demak adalah kesultanan atau kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh
Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden Patah adalah bangsawan Kerajaan Majapahit yang menjabat
sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak. Pamor kesultanan ini didapatkan dari
Walisanga, yang terdiri atas sembilan orang ulama besar, pendakwah islam
paling awal di Pulau
Jawa.
Hal itu didasarkan pada saat jatuhnya Majapahit yang
diperintah oleh Prabu Kertabumi. Para wali kemudian sepakat untuk menobatkan
Raden Fatah menjadi Sultan Demak Bintoro yang pertama.
Atas bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu
menganut islam seperti Jepara, Tuban dan Gresik, Raden patah sebagai adipati
Islam di Demak memutuskan ikatan dengan Majapahit saat itu, Majapahit memang
tengah berada dalam kondisi yang sangat lemah. Dengan proklamasi itu, Radeh
Patah menyatakan kemandirian Demak dan mengambil gelar Sultan Syah Alam Akbar.
Letak kerjaan Demak berada di tepi pantai utara Pulau Jawa. Kerajaan ini sering
dikunjungi pedagang-pedagang Islam dan pedagang asing untuk membeli
beras,madu,lilin dan lain-lain. Sampai abad ke 15, Demak di bawah kekuasaan
Majapahit, akan
tetapi setelah Majapahit mundur, Demak berkembang pesat sebagai tempat
penyebaran agama Islam dan tempat perdagangan yang ramai. Sebagai penguasa
pertama adalah Raden Fatah. Selain menjadi penguasa (bupati), Raden Fatah juga
sebagai penyiar agama Islam. Raden Fatah memisahkan diri dari Majapahit sekitar
tahun 1500. Dengan bantuan para wali, Raden Fatah mendirikan kerajaan Islam yang
pertama di Pulau Jawa yaitu Kerajaan Demak.
Kerajaan Demak menjalankan sistem
pemerintahan teokrasi, yaitu pemerintahan yang berdasarkan pada agama Islam.
Kerajaan Demak memperluas kekuasaannya dengan menaklukan kerajaan-kerajaan
pesisir Pulau Jawa, seperti Lasem, Tuban, Sedayu, Gresik, cirebon dan Banten.
Cepatnya Kota Demak berkembang menjadi pusat perniagaan dan lalu lintas
serta pusat kegiatan pengislaman tidak lepas dari andil masjid Agung Demak.
Dari sinilah para wali dan raja dari Kesultanan Demak mengadakan perluasan
kekuasaan yang dibarengi oleh kegiatan dakwah islam ke seluruh Jawa. Masjid agung Demak sebagai lambang
kekuasaan bercorak Islam adalah sisi tak terpisahkan dari kesultanan Demak
Bintara. Kegiatan walisanga yang berpusat di Masjid itu. Di sanalah tempat
kesembilan wali bertukar pikiran tentang soal-soal keagamaan.
a. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah awal Kerajaan Demak?
2.
Siapakah raja-raja yang memimpin Kerajaan Demak?
3.
Bagaimanakah kehidupan politik di Kerajaan Demak?
4.
Bagaimana tentang latar belakang
berdirinya Kerajaan Demak ?
5.
Bagaimana proses berdirinya
Kerajaan Demak?
b. Tujuan Makalah
1.
Menjelaskan awal Kerajaan Demak
2.
Menjelaskan letak Kerajaan Demak
3.
Menjelaskan kehidupan politik beserta raja-raja yamg
memerintah di Kerajaan Demak
4.
Menjelaskan proses berdirinya Kerajaan Demak
5.
Menjelaskan sebab runtuhnya Kerajaan Demak
BAB II
LATAR BELAKANG
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di
Pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1500 hingga
tahun 1550. Raden
patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang telah mendapatkan pengukuhan
dari Prabu Brawijaya yang secara resmi menetap di Demak dan mengganti nama
Demak menjadi Bintara. Raden Patah menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara,
Demak. Atas
bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut Islam seperti Jepara,
Tuban dan Gresik, ia mendirikan Kerajaan Islam dengan Demak sebagai pusatnya.
Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan
dan sebagai pusat penyebaran agama Islam. Wilayah kekuasaan Demak meliputi
Jepara, Tuban, Sedayu Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Di
samping itu, Kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan-pelabuhan penting seperti
Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik yang berkembang menjadi pelabuhan
transito (penghubung). Namun sayangnya, Kerajaan Demak tidak berumur panjang
dan segera mengalami kemunduran karena terjadi perebutan kekuasaan di antara
kerabat kerajaan. Bisa dipastikan bahwa pada tahun 1546, Kerajaan Demak
berakhir pada tahun 1568.
PEMBAHASAN
KERAJAAN DEMAK
A. Awal Kerajaan Demak
Kerajaan Islam yang pertama di Jawa
adalah Demak, dan berdiri pada tahun 1478 M. Hal ini didasarkan atas jatuhnya
kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candra Sengkala: Sirna hilang Kertaning
Bumi, yang berarti tahun saka 1400 atau 1478 M. Kerajaan Demak itu didirikan oleh
Raden Fatah. Beliau selalu memajukan agama islam di bantu oleh para wali dan
saudagar Islam. Raden Fatah nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun. Menurut
sejarah, dia adalah putera raja Majapahit yang terakhir dari garwa Ampean, dan
Raden Fatah dilahirkan di Palembang.
Setelah usia 20 tahun Raden Fatah
dikirim ke Jawa untuk memperdalam ilmu agama di bawa asuhan Raden Rahmat dan
akhirnya kawin dengan cucu beliau. Dan akhirnya Raden Fatah menetap di
Demak (Bintoro). Pada kira-kira tahun 1475 M, Raden Fatah mulai melaksanakan
perintah gurunya dengan jalan membuka madrasah atau pondok pesantren di daerah
tersebut. Rupanya tugas yang diberikan kepada Raden Fatah dijalankan dengan
sebaik-baiknya. Lama kelamaan Desa Glagahwangi ramai dikunjungi orang-orang.
Tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan agama, tetapi kemudian
menjadi pusat peradagangan bahkan akhirnya menjadi pusat kerajaan Islam pertama
di Jawa. Desa Glagahwangi,dalam perkembangannya kemudian karena
ramainya akhirnya menjadi ibukota negara dengan nama Bintoro Demak.
B. Letak Kerajaan Demak
Secara geografis Kerajaan Demak
terletak di daerah Jawa Tengah, tetapi pada awal kemunculannya kerajaan Demak
mendapat bantuan dari para Bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur
yang telah menganut agama Islam.
Pada sebelumnya, daerah Demak
bernama Bintoro yang merupakan daerah vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit.
Kekuasaan pemerintahannya diberikan kepada Raden Fatah (dari kerajaan
Majapahit) yang ibunya menganut agama Islam dan berasal dari Jeumpa (Daerah
Pasai).
Letak Demak sangat menguntungkan,
baik untuk perdagangan maupun pertanian. Pada zaman dahulu wilayah Demak
terletak di tepi selat di antara Pegunungan Muria dan Jawa. Sebelumnya selat
itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari dengan baik sehingga kapal dagang
dari Semarang dapat mengambil jalan pintas untuk berlayar ke Rembang. Tetapi
sudah sejak abad XVII jalan pintas itu tidak dapat dilayari setiap saat.
Yang menjadi penghubung antara Demak
dan Daerah pedalaman di Jawa Tengah ialah Sungai Serang yang sekarang bermuara
di Laut Jawa antara Demak dan Jepara. Hasil panen sawah di daerah Demak
rupanya pada zaman dahulu pun sudah baik. Kesempatan untuk menyelenggarakan
pengaliran cukup. Lagi pula, persediaan padi untuk kebutuhan sendiri dan untuk
pergadangan masih dapat ditambah oleh para penguasa di Demak tanpa banyak
susah, apabila mereka menguasai jalan penghubung di pedalaman Pegging dan
Pajang.
C. Kehidupan Politik
Setelah kerajaan Majapahit runtuh,
berdirilah kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama dipulau Jawa.
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak adalah sebagai berikut :
1.
Raden Fatah
Nama kecil Raden Patah adalah Pangeran Jimbun. Pada masa mudanya Raden Patah memperoleh pendidikan yang
berlatar belakang kebangsawanan dan politik. 20 tahun lamanya ia hidup di
istana Adipati Palembang. Sesudah dewasa ia kembali ke majapahit.
Raden Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi beda ayah.
Saat memasuki usia belasan tahun, raden patah bersama adiknya berlayar ke Jawa
untuk belajar di Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan Tuban pada tahun
1419 M.
Patah sempat tinggal beberapa lama di ampel Denta, bersama
para saudagar muslim ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari utusan
Kaisar Cina, yaitu laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang
atau Sam Poo Tai-jin, seorang panglima muslim.
Raden patah mendalami agama islam bersama pemuda-pemuda
lainnya, seperti raden Paku (Sunan Giri), Makhdum ibrahim (Sunan Bonang), dan
Raden Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus, raden patah dipercaya
menjadi ulama dan membuat permukiman di Bintara. Raden patah memusatkan
kegiatannya di Bintara, karena daerah tersebut direncanakan oleh Walisanga
sebagai pusat kerajaan Islam di Jawa. Setelah dewasa, Raden Fatah diangkat
menjadi bupati di Bintaro (Demak) dengan Gelas Sultan Alam Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di
bawah pemerintahannya, kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki
daerah pertanian yang luas sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras.
Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan agraris-maritim. Barang
dagangan yang diekspor kerajaan Demak antara lain beras, lilin dan madu.
Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku dan Samudera Pasai.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, wilayah kekuasaan
kerajaan Demak meliputi daerah Jepara,Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan
beberapa daerah di kalimantan. Disamping itu, kerajaan Demak juga memiliki
pelabuhan-pelabuhan
penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik yang berkembang menjadi pelabuhan transito
(penghubung).
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak
yang proses pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan.
2.
Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta Kerajaan Demak dipegang oleh Adipati
Unus. Ia memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan Adipati
Unus tidak begitu lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda dan
tidak meninggalkan seorang putera mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak
begitu lama, pasukan Demak menyerang
Portugis di Malaka. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak
dipegang oleh saudaranya yang bergelar Sultan Trenggana.
Dia berhasil mengadakan perluasan
wilayah kerajaan. Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindu,
yang pada saat itu sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang
Portugis. Adipati Unus (Patih Yunus) wafat pada tahun 1521 M.
3.
Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M.
Dibawah pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan
Trenggana berusaha memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat.
Pada tahun 1522 M kerajaan Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah
pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang berhasil di kuasainya antara lain
Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.
Dalam usaha memperluas kekuasaannya ke Jawa Timur, Sultan
Trenggana memimpin sendiri pasukannya. Satu persatu daerah Jawa Timur berhasil
di kuasai, seperti Maduin, Gresik, Tuban dan Malang. Akan tetapi ketika
menyerang Pasuruan 953 H/1546 M Sultan Trenggana gugur. Usahanya untuk memasukan kota
pelabuhan yang kafir itu ke wilayahnya dengan kekerasan ternyata gagal. Dengan
demikian, maka Sultan Trenggana berkuasa selama 42 tahun. Di masa jayanya, Sultan Trenggana
berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan gunung jati, Trenggana
memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.
D.
Peradaban kerajaan Islam Demak pada abad XVI
Bertambahnya bangunan militer di
Demak dan Ibukota lainnya di Jawa pada abad XVI, selain karena keperluan yang
sangat mendesak, disebabkan juga oleh pengaruh tradisi kepahlawanan Islam dan
contoh ynag dilihat di kota-kota Islam di luar negeri.
Peranan penting masjid Demak sebagai
pusat peribadatan kerajaan Islam pertama di Jawa dan kedudukannya di hati orang
beriman pada abad XVI dan sesudahnya. Bagian-bagian penting peradaban jawa
Islam yang sekarang, seperti wayang orang, wayang topeng, gamelan, tembang
macapat dan pembuatan keris, kelihatannya sejak abad XVII oleh hikayat Jawa
dipandang sebagai hasil penemuan para wali yang hidup sezaman dengan kesultanan
Demak.
Kesenian tersebut telah mendapat
kedudukan penting dalam peradaban Jawa sebelum Islam, kemungkinan berhubungan
dengan ibadat. Pada waktu abad XV dan XVI di kebanyakan daerah jawa tata cara
kafir harus diganti dengan upacara keagamaan Islam, seni seperti wayang dan
gamelan itu telah kehilangan sifat sakralnya. Sifatnya lalu menjadi “sekuler”.
Perkembangan sastra Jawa yang pada
waktu itu dikatakan “modern” juga mendapat pengaruh dari proses sekularisasi
karya-karya sastra yang dahulu keramat dan sejarah suci dari zaman kuno.
Peradaban “pesisir” yang berpusat di bandar-bandar pantai utara dan pantai
timur Jawa, mungkin pada mulanya pada abad XV tidak semata-mata bersifat Islam.
Tetapi kejayaannya pada abad XVI dan XVII dengan jelas menunjukkan hubungan
dengan meluasnya agama Islam.
E. Keruntuhan Kerajaan Demak
Setelah
wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang hebat di keraton
Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak
mengakui lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan di antara
para waris yang saling berebut tahta. Orang yang seharusnya menggantikan
kedudukan Sultan Trengggono adalah pengeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, ia
dibunuh oleh Sunan Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati
Jipang yang beranama Arya Penangsang, anak laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen,
tidak tinggal diam karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak. Sunan
Prawoto dengan beberapa pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya Penangsang
berhasil naik tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang tidak berkuasa lama karena ia
kemudian di kalahkan oleh Jaka Tingkir yang di bantu oleh Kiyai Gede Pamanahan
dan putranya Sutawijaya, serta KI Penjawi. Jaka tingkir naik tahta dan
penobatannya dilakukan oleh Sunan Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar
Sultan Handiwijaya serta memindahkan pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang
pada tahun 1568. Sultan Handiwijaya sangat menghormati orang-orang yang telah
berjasa. Terutama kepada orang-orang yang dahulu membantu pertempuran melawan
Arya Penangsang. Kyai Ageng Pemanahan mendapatkan tanah Mataram dan Kyai
Panjawi diberi tanah di Pati. Keduanya diangkat menjadibupati di daerah-daerah
tersebut.
Sutawijaya,
putra Kyai Ageng Pemanahan diangkat menjadi putra angkat karena jasanya dalam
menaklukan Arya Penangsang. Ia pandai dalam bidang keprajuritan. Setelah Kyai
Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi penggatinya.
Pada tahun
1582 Sultan Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama Pangeran Benawa diangkat
menjadi penggantinya. Timbul pemberontakan yang dilakukan oleh Arya Panggiri,
putra Sunan Prawoto, ia merasa mempunyai hak atasa tahta Pajang. Pemberontakan
itu dapat digagalkan oleh Pangeran Benawan dengan bantuan Sutawijaya.
Pengeran
Benawan menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mamapu mengendalikan pemerintahan,
apalagi menghadapi musuh-musuh dan bupati-bupati yang ingin melepaskan diri
dari kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya, Sutawijaya pada tahun 1586.
Pada waktu itu Sutawijaya telah menjabat bupati Mataram, sehingga pusat
kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kerajaan Demak hanya berumur pendek. Namun, para
rajanya merupakan pahlawan-pahlawan mujahid terbaik. Raja pertama mereka adalah
Raden Fatah, yang berhasil menjadikan negerinya sebagai sebuah negara
independen pada masanya. Setelah itu anaknya, Patih Yunus (Adipati Unus)
berkuasa. Dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan. Dia menghilangkan
kerajaan Majapahit yang beragama Hindhu, yang pada saat itu sebagian wilayahnya
menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis.
Setelah wafatnya Patih Yunus pada
tahun 938 H/1531 M, memerintahlah raja paling terkenal dari kerajaan ini yaitu
Raden Trenggono (Sultan Trenggana). Dia adalah seorang mujahid besar yang di
antara hasil usahanya yang terkenal adalah masuknya Islam ke daerah Jawa Barat.
Kebudayaan yang berkembang di kerajaan Demak bercorak Islam. Hal tersebut
tampak dari peninggalan-peninggalan sejarahnya berupa masjid, makam, batu
nisan, kitab suci Al-Quran, kaligrafi dan karya sastra. Sampai sekarang pun
Demak di kenal sebagai pusat pendidikan agama Islam.
B.
SARAN
1.
Sebaiknya kita sebagai penerus bangsa Indonesia yang baik
harus selalu melestarikan budaya atau peninggalan-peninggalan sejarah di masa
lalu
2.
Sebagai pelajar
kita harus mendalami sejarah-sejarah yang ada Indonesia
3.
Mengembangkan budaya sejarah yang sudah ada, tetapi tidak
menghilangkan budaya yang sudah asli.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
https://www.google.com/search?q=raden+patah&source
https://www.google.com/search?q=peta+kerajaan+demak&source
DAFTAR PUSTAKA
·
A.Imantoro. Belajar
Praktis IPS Untuk SMP. Semarang:Penerbit Aneka Ilmu.
·
Drs. Anwar Kurnia. 2007.
IPS Terbaru. Jakarta:Yudhistira.
·
2013. Sejarah
Indonesia X. Jakarta
BIODATA PENULIS
Nama
: Besty Nilma Rohasita
T.T.L
: Magelang,30 Maret 2000
Nama : Nita Amalia Dewi
T.T.L : Magelang,11 Februari 2001
izin copy kak:D
BalasHapusizin copy ya min
BalasHapusIzin copy yah kak buat tugas sejarah
BalasHapusManfaatkan sebaik mungkin :))
BalasHapus